BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu faktor
penting dalam menciptakan manusia berkualitas yang sesuai dengan tujuan
pendidikan yang berdasarkan undang-undang pendidikan No.20 tahun 2003 pasal 3
yang mengatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi orang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan salah satu aspek
yang perlu diprioritaskan pelaksanaannya sebagai upaya mencapai salah satu
tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya pendidikan
maka kemampuan bangsa Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhannya. Lembaga yang mengusahakan pentingnya
pendidikan di Indonesia sangatlah banyak, sekolah merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengupayakan dan meningkatkan
serta melakukan pembinaan terhadap potensi-potensi para siswa agar memiliki
kualitas, dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
hidup bermasyarakat.
Dengan melanjutkan pendidikan ke
tingkat lebih tinggi siswa dibekali pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan sehingga siswa dapat dan mau
melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Pendidikan secara umum
adalah salah satu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, keprbadian, kecerdasan, akhlak, dan budi
mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Sekolah sebagai tempat remaja menimba
ilmu dan mengembangkan kompetensinya bertanggung jawab untuk membantu dan
memfasilitasi remaja yang menjadi peserta didiknya untuk menguasai semua
kompetensi yang diperlukan untuk memasuki masa dewasa, termasuk untuk
menyiapkan diri untuk memasuki dunia karir. Pendidikan di sekolah memiliki
peran penting dalam mengembangkan sikap mental, keterampilan, kecerdasan, dan
wawasan yang dipelukan bagi lulusan untuk memasuki dunia kerja. Di sekolahlah
dibangun berbagai kapasitas yang diperlukan seseorang untuk menghadapi
tantangan dan persaingan dunia kerja. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab
untuk mengembangkan hard-skills siswa, tapi
juga memperkuat soft-skill yang mereka
perlukan untuk sukses mengarungi dunia kerja. Sejalan dengan salah satu fungsi
Bimbingan Konseling yaitu bimbingan karir bagi siswa sebagai fasilitator dalam
pengembangan kemampuan soft-skill dan prevokasional. Pelayanan bimbingan
karir merupakan salah satu dari empat bidang pelayanan bimbingan konseling di
sekolah. Keempat bidang yang dimaksud, adalah bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan pembelajaran, dan bimbingan karir (Prayitno & Anti, 1999;
Prayitno,
Secara umum, tujuan bimbingan karir
adalah membantu siswa dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan
karir bagi siswa yang bersangkutan. Bimbingan karir adalah suatu perangkat,
lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang
dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan
diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan
waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan
sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan
karirnya, Marsudi (2003:113)[1]
Pemberian Bimbingan Karir untuk siswa
Sekolah Menengah Atas ditujukan agar siswa dapat mengenal kemampuan dirinya,
mengenal nilai-nilai yang ada pada dirinya, memahami lingkungan sekitar, dan
mengenal dunia kerja atau situasi pendidikan tinggi (Depdikbud 1985). Menurut hasil penelitian Ayad, ditemukan
bahwa 64,25% siswa pada jenjang Pendidikan Menengah (SMA, MA, SMK) belum mampu
mengambil keputusan untuk profesi dan karier yang akan digeluti. Hal ini
dikarenakan mereka belum memperoleh wawasan, pengetahuan dan informasi yang
cukup untuk mengambil keputusan tentang profesi serta karier yang akan
digelutinya[2]. Dari
penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa banyak pelajar SLTA dan sederajat
yang masih bimbang dan bahkan belum bisa mengambil keputusan akan karirnya.
Ketika melanjutkan ke perguruan
tinggi, siswa dihadapkan dengan pemilihan jurusan. Biasanya banyak dari siswa
SLTA maupun sederajat yang bingung dan bimbang bahkan belum tau jurusan yang
akan dipilih. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2004) pengertian jurusan
adalah bagian dari suatu fakultas sekolah tinggi yang bertanggung jawab untuk
mengelola dan mengembangkan suatu bidang studi, misalnya jurusan akuntansi,
jurusan manajemen. Berdasarkan data statistik pada Biro Pusat Statistik (BPS-RI
: 2002), jumlah pengangguran terbuka (open
unemployment) di tanah air sebanyak 9.132.104 jiwa. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 41.2% (3.763.971) jiwa adalah tamatan SMA (jenjang pendidikan
menengah), Diploma, Akademi, dan Universitas atau ”pengangguran terpelajar.” Di
antara jumlah pengangguran tersebut, 2.651.809 jiwa tergolong Hopeless of job (merasa tidak yakin mendapatkan
pekerjaan), 436.164 jiwa lainnya adalah tamatan SMA, Diploma, Akademi dan
Universitas[3]. Banyaknya
jumlah pengangguran sejalan dengan pemilihan jurusan yang salah akibat
kebingungan dikalangan kaum terpelajar baik tamatan SMA, Diploma, Akademi, dan
Universitas.
Pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi merupakan
langkah yang pasti dilakukan oleh siswa kelas tiga SMA atau SMK sederajat untuk
melanjutkan studi di Perguruan Tinggi. Pemilihan jurusan juga menjadi faktor
penting kesuksesan karir dimasa depan.
Salah memilih
jurusan di Perguruan Tinggi berdampak pada proses menuntut ilmu di Perguruan
Tinggi yang dipilih. Karena pemilihan jurusan yang salah dapat membuat mereka
sulit memahami mata kuliah sehingga prestasi belajar menurun, bahkan
kemungkinan drop out karena tidak
cocok dengan jurusan tersebut.
Bimbingan karir
merupakan satu dari empat program bimbingan konseling oleh guru Bimbingan Konseling baik di SMP
maupun SMA. Bimbingan karir membantu
siswa mecapai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi masalah karir. Dengan
kata lain, bimbingan karir membantu siswa dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, dan pengarahan karir.
SMART Ekselensia Indonesia adalah salah satu
sekolah di Indonesia jenjang Menengah Pertama dan Menengah Atas yang dirangkap
menjadi 5 tahun karena akselerasi. Namun yang membedakan SMART dengan sekolah
lain, adalah di SMART hanya untuk laki-laki. Sama seperti sekolah kebanyakan,
SMART Ekselensia Indonesia pun memiliki guru BK yang bertujuan memberikan
pelayanan karir untuk pengambilan keputusan. Baik pelajar SMP maupun SMA di SMART mempunyai masalah yang
sama, kebanyakan siswa bingung dalam menentukan jurusan apa yang akan diambil
ketika memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adapun yang sudah memilih
jurusan, ternyata jurusan yang dipilih tidak sesuai dengan bakat, minat, dan
nilai yang dimiliki. Kalau siswa SMP bingung atau salah dalam menentukan
jurusan mereka di SMA. Sedangkan siswa SMA bingung dalam menentukan jurusan
yang akan dipilih ketika melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Salah satu
tugas guru BK memberikan bimbingan karir bagi siswa-siswa agar dapat terarah
dalam memilih jurusan yang akan menunjang karirnya kelak. SMART Ekselensia
sudah meluluskan tujuh angkatan dan keseluruhannya berkuliah di perguruan
tinggi ternama di Indonesia. Kembali ke permasalahan bimbingan karir, ada pula
siswa SMART yang telah kuliah di suatu perguruan tinggi negeri pindah kuliah ke
perguruan tinggi negeri lain bisa karena tidak sesuai dengan ekspektasi mereka
atau hal lainnya. Maka dari itu, penulis ingin meneliti tentang efektifitas
bimbingan karir yang diberikan guru BK terhadap pemilihan jurusan di perguruan
tinggi Siswa SMART Ekselensia Indonesia khususnya pada angkatan tujuh yang baru
lulus pada tahun kemarin.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang masalah diatas, maka
masalah yang dapat diindentifikasi adalah sebagai berikut :
“Apakah bimbingan
karir membantu siswa SMART dalam menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi?”
3. Hipotesis
Berdasarkan masalah yang telah disampaikan
sebelumnya, penulis memiliki dua hipotesis, diantaranya:
Hipotesis positif
bahwa bimbingan karir yang diberikan efektif dalam membantu siswa SMART Angkatan 7 dalam menentukan
jurusan di perguruan tinggi.
Hipotesis negatif
bahwa bimbingan karir yang diberikan tidak efektif dalam membantu siswa SMART Angkatan 7 dalam menentukan
jurusan di perguruan tinggi.
4. Tujuan
Karya ilmiah ini
dibuat agar siswa SMART dapat menentukan jurusan di perguruan tinggi sesuai dengan
kemampuan dan potensi yang dimiliki. Dan penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh dari pelayanan bimbingan karir untuk siswa SMART dalam
menentukan jurusan di perguruan tinggi. Serta untuk mengetahui efektivitas
pelayanan bimbingan karir bagi siwa SMART
5. Manfaat
Manfaat bagi guru
BK, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan
sebagai masukan atau salah satu referensi dalam upaya untuk mengembangkan
program pelayanan bimbingan karir di sekolah.
Manfaat bagi lembaga
pendidikan tempat penelitian, hasil penelitian dapat memberikan informasi dalam
rangka peningkatan program pendidikan disekolah, khususnya peningkatan program
bimbingan dan konseling sebagai bagian terpadu dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah.
6. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah
pembaca dalam memahami isi karya tulis ini, maka penulis perlu menjelaskan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang yang memaparkan alasan
pembuatan karya ilmiah ini. Kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, dan terakhir adalah sistematika
penulisan.
BAB II Landasan teori berisikan tentang berbagai hal yang perlu
diketahui yang berkaitan langsung dengan penelitian mulai dari definisi, jenis
- jenisnya dan sebagainya.
BAB III Metodologi Penelitian berisikan tentang cara penulis untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan mulai dari jenis metodologi penelitian,
tempat dan waktu penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan
teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini,
penulis menggunakan studi pendahuluan untuk mendapatkan sampel yang tepat dan
sesuai dengan apa yang penulis butuhkan dalam penelitian.
BAB IV yaitu Hasil dan
Pembahasan. Dalam bab ini akan dibahas
hasil penelitian berupa data-data yang telah didapat dari penyebaran
angket yang telah disusun. kemudian data-data yang telah penulis peroleh akan
dibahas secara mendalam di sub bab pembahasan.
BAB V Penutup. Dalam bab
ini berisi simpulan dan saran yang didapat dalam penelitian ini, simpulan yang
berisi hasil akhir dari penelitian, serta saran yang merupakan evaluasi untuk
penulis pribadi dan untuk para pembaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. BIMBINGAN KARIR
A. Sejarah Lahirnya Bimbingan Karir
Konsep bimbingan
karir lahir di Amerika Serikat awal abad keduapuluh, yang dilatari oleh
berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900). Kondisi obyektif tersebut
diantaranya: keadaan ekonomi, keadaan sosial seperti urbanisasi, kondisi
ideologis seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan
pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri
dan statusnya. Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan
karir (vocational guidance) yang
tersebar ke seluruh negara
Isitilah vocational guidance pertama kali
dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk
suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda memperoleh
pekerjaan. Pada awalnya penggunaan istilah vocational
guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu memilih dan
mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya mempersiapkan kemampuan yang
diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Sejak tahun 1951,
para ahli melakukan perubahan pendekatan model okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memiliki
perbedaan cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih karir.
Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan
tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak sekedar
memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan tetapi juga menghubungkannya
dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh. Dengan mempertimbangkan
nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya.
B. Definisi Bimbingan Karir
Dalam pelayanan
bimbingan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan kepada
siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan
bimbingan karir. Bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya
pendidikan melalui pendekatan pribadi untuk membantu individu mencapai
kompetisi yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir.
Donald D. Super
(1975) mengartikan bimbingan karir sebagai proses membantu pribadi untuk
mengembangkan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja[4].
Dalam hal ini ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk
memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan diri
dalam dunia kerja. Oleh sebab itu yang penting dalam bimbingan karir adalah
pemahaman dan penyesuaian diri baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia
kerja. Tolbert, (1975:27) memaparkan bahwa “Career
guidance … encompasses all of the service that aim at helping pupils make
occupational and educational plans and decisions“. Pengertian Tolbert ini
mengandung makna bimbingan karir merupakan bentuk layanan dalam membantu siswa
merencanakan karirnya. [5]
Dari penjelasan-penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bimbingan karir merupakan proses layanan yang
bertujuan membantu siswa memahami diri, memahmi nilai-nilai, mengenal
lingkungan, hambatan , dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan.
C.
Tujuan Bimbingan Karir di SMA:
Tujuan bimbingan
karier di SLTA.
Herr (1976 : 1-2)
mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SLTA yang meliputi membantu
siswa siswa belajar untuk:
1.
menunjukkan
hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan.dan
kariernya
2.
menganalisis
kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan
untuk pilihan-pilihan karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat
keterampilan ini bila di perlukan
3.
memegang
tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.
4.
siap
untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil
mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan
latihan-latihan dalam jabatan.
5.
siap
untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil
mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan
(perguruan tinggi,perdagangan,perusahaan.
6.
mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan
sebagai konsumen.
7.
mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan efektif waktu
luang.
8.
secara
sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya
dengan hasil belajar dalam mata pelajaran.[6]
2. PEMILIHAN JURUSAN
A. Definisi Pemilihan
Definisi pemilihan menurut KBBI online adalah 1. menentukan (mengambil dan sebagainya) sesuatu yang dianggap
sesuai dengan kesukaan (selera dan sebagainya): hati-hati kalau Anda hendak
~ kawan hidup; 2. mencari atau memisah-misahkan mana yang baik
(besar, kecil, dan sebagainya): pekerjaannya ~ daun teh yang sudah
dikumpulkan di pabrik; 3. menunjuk (orang, calon, dan sebagainya)
dengan memberikan suaranya.
Dari definisi pemilihan pada KBBI online diatas, pemilihan dalam
konteks karya ilmah ini berarti menentukan atau mengambil sesuatu yang dianggap
sangat baik dan sesuai dengan kesukaan. Menurut Robbins ( Robbins, 2001)
Definisi Pemilihan adalah Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dimana
seseorang menjatuhkan pilihannya dari beberapa alternatif pilihan yang ada.[7]
Dari
definisi ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan
merupakan suatu proses dimana seseorang menjatuhkan pilihannya dari beberapa
alternatif pilihan yang ada.
B. Definisi Jurusan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2004) Pengertian dari Jurusan adalah bagian dari suatu fakultas atau sekolah
tinggi yang bertanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan suatu bidang
studi masalah jurusan akuntansi, jurusan manajemen.
Dari definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Jurusan ialah bagian dari satu fakultas atau perguruan tinggi
untuk menetukan bagian-bagian suatu bidang studi yang terdiri dari bebagai
jurusan yaitu Akuntansi, Psikologi, Teknik, pendidikan dan lain- lain.
C. Fakto-faktor yang
mempengaruhi pemilihan Jurusan
faktor-faktor yang mempengaruhi
remaja dalam pemilihan jurusan dibagi menjadi dua kelompok yaitu dari dalam
diri remaja ialah minat, kepribadian dan citra/konsep diri menurut Slameto,
Holland (dalam Santrock). Sedangkan dari luar diri remaja : orangtua, teman
sebaya, lingkungan sosial ekonomi budaya dan saran tes bakat minat (Seligman,
Steinberg, McNair & Brown (dalam Seligman Anastasi)) [8].
Dari definisi faktor-faktor diatas disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi remaja dalam pemilihan jurusandibagi menjadi dua kelompok. Dari dalam diri remaja: minat, kepribadian
dan citra atau konsep diri. Sedangkan dari luar diri remaja: orangtua, teman
sebaya, lingkungan sosial ekonomi budaya dan saran tes bakat minat serta
prospek pekerjaan yang akan datang.
D. Strategi dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi
Dalam artikel yang tertulis di blog
Konsultasi Psikologi menyebutkan 3 cara supaya sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuan:
1. Kenali hal-hal
yang disukai, mulai dari hobi
2. Lihat potensi yang
ada dalam diri
3. Kenali bidang
aktivitas yang ingin di dalami[9]
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa strategi yang dapat kita lakukan dalam memilih jurusan di
perguruan tinggi usahakan sesui dengan minat, bakat dan kemampuan diri
3. Siswa Angkatan 7
SMART Ekselensia Indonesia
Siswa SMART Ekselensia Indonesia adalah
siswa sekolah SMART Ekselensia Indonesia yang berasal dari berbagai daerah di
Indonesia. Siswa SMART merupakan siswa akselerasi SMP dan SMA SMART Ekselensia
Indonesia. Selain itu, siswa SMART semau adalah laki-laki. Tingkatan siswa
SMART Ekselensia Indonesia teridir atas lima tingkatan, kelas 1, kelas 2, kelas
3, kelas 4, dan kelas 5. Kelas 1,2,3 adalah siswa SMP serta kelas 4 dan kelas 5
adalah SMA
Pertama adalah siswa kelas 1( kelas
VII SMP) mempunyai ciri-ciri bersifat kekanak-kanakan dan rentan umurnya
antara11-13 tahun. Kemudian kelas 2( kelas VIII SMP) dengan rentan umur antara
12-14 tahun dan mempunyai ciri-ciri
masih kekanak-kanakan tetapi sudah terkikis sebagian. Ketiga yaitu kelas
3(kelas IX SMP) mempunyai ciri-cir dalam memasuki masa menuju kedewasaan dan
rentan umur anatara 13-15 tahun
Untuk SMA pertama yaitu kelas
4(kelas XI SMA) dengan rentan umur mulai dari 14 tahun sampai 16 tahun dan
mempunyai ciri-ciri sudah tahapan kedewasaan. Dan terakhir dari tingkatan siswa
SMART adalah kelas 5( kelas XII SMA), mempunyai rentan umur antara 15 tahun
sampai 17 tahun dengan ciri-ciri pada proses kedewasaan dalam tahapan
menentukan jalan hidup selanjutnya.
Siswa angkatan 7 SMART Ekselensia
Indonesia adalah SMART Ekselesnia Indonesia yang masuk pada tahun 2010 dan bertepatan dengan lulusnya angkatan 3
SMART Ekselensia Indonesia. Pada tahun 2015, siswa angkatan 7 SMART Ekselensia
Indonesia telah menyelesaikan studinya dan semua siswa angkatan 7 SMART
Ekselensia Indonesia telah berkuliah di banyak PerguruanTinggi Negeri yang ada
di Indonesia. Rata-rata umur ngkatan 7 mulai dari 15-17 tahun.
4. Indikator Bimbingan Karir Membantu
Dalam penelitian ini,
indikator bimbingan karir dikatakan efektif terhadap pemilihan jurusan di
perguruan tinggi adalah jika lebih dari 75% siswa smart angkatan 7 tidak
bingung dan dapat menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi.
5. Alur Bimbingan Karir di SMART
Ekselensia Indonesia
Pelaksananaan bimbingan karir di SMART Ekselensia Indonesia
memiliki alur sebagai berikut/ terdiri dari rangkaian kegiatan berikut ini:
1.
Psikotes Minat-Bakat
Piskotes
minat bakat adalah rangkaian pertama dari alur bimbingan karir di SMART
Ekselensia Indonesia. Tes ini dilakukan ketika di kelas XII atau kelas tiga
SMA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui minat, bakat, dan jurusan dari siswa
bersangkutan.
2.
Informasi Jurusan dan Karir, didapat baik dalam KBM maupun dari
event-event tertentu seperti, edu day ataupun open house universitas.
Kegiatan
kedua dari rangkainan bimbingan karir di SMART Ekselensia Indonesia. Kegiatan
yang dilakukan agar siswa paham dan semakin mengenal dunia perkuliahan. Selain
itu, kegiatan ini dapat menambah informasi siwa akan universitas-universitas
berseta jurusan didalamnya.
3.
Konseling Individual
Lalu
kegiatan terakhir adalah konseling individual. Kegiatan ini dilakukan di
semester dua ketiks di kelas XII atau kelas tiga SMA. Dalam kegiatan siswa akan
bertemu dengan guru BK dalam satu
ruangan dan membahas tentang jurusan. Dalam kegiatan ini pula, siswa akan
menentukan jurusannya di perguruan tinggi nanti.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
ini menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang diperoleh.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang lebih menekankan pada
memperoleh data, menganalisa data dengan statistik untuk selanjutnya menarik
kesimpulan dari hasil perhitungan data yang diperoleh.[10]
Dalam penelitian karya tulis ini, penulis
menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yaitu penggunaan kuesioner atau angket yang ditujukan kepada siswa
angkatan 7 SMART Ekselensia Indonesia dan disertai dengan metode studi pustaka
yaitu data-data yang dibutuhkan berasal dari sumber-sumber buku bacaan, buku
referensi, maupun dari artikel. Kemudian data tersebut akan dibaca, dianalisis,
dan kemudian akan diteliti lebih mendalam lagi.
B. WAKTU DAN TEMPAT
PENELITIAN
Penulis melakukan
pengambilan data dari responden di lingkungan SMART Ekselensia Indonesia, Jl
Raya Parung KM 42 Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada tanggal 1 bulan September sampai tanggal 16 bulan
Desember tahun 2015.
C. OBJEK PENELITIAN
Objek yang akan menjadi sasaran dalam penelitian karya
ilmiah ini adalah keseluruhan siswa kelas lima SMART Ekselensia Indonesia tahun
ajaran 2014/2015, (angkatan 7).
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian karya ilmiah ini
yang berjudul “Efektifitas Bimbingan
Karir yang Diberikan Guru BK Terhadap Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi
Siswa SMART Ekselensia Indonesia (angkatan 7)”
penulis akan menggunakan teknik penyebaran angket untuk mengumpulkan data-data
yang penulis butuhkan guna menjawab berbagai masalah yang ingin penulis teliti.
Angket ini akan penulis berikan kepada responden untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan
yang penulis ajukan dalam bentuk kuesioner.
E. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
A.
Populasi
Populasi adalah
kelompok besar yang menjadi sasaran generalisasi[11]. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
angkatan 7 SMART Ekselensia Indonesia.
B.
Sampel
Penarikan sampel dalam karya ilmiah ini menggunakan
teknik purposive sample. Teknik purposive
sample memiliki tiga syarat, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut :
1.
Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu yang merupakan
ciri-ciri pokok populasi.
2. Subjek yang diambil sebagai sampel
benar-benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
Teknik ini dilakukan dengan cara
menentukan kriteria apa yang akan menjadi responden penulis nantinya.
Dalam
penelitian ini, penulis mengambil sampel keseluruhan kelas lima tahun ajaran
2014/2015(angkatan 7) baik IPA maupu IPS.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah melakukan
penelitian mulai dari awal bulan September s.d akhir November 2015, didapatkan
hasil yang kemudian penulis rangkum dalam bentuk grafik guna mempermudah
pembaca untuk memahaminya. Berikut adalah hasilnya:
1. Apakah sebelum diberi bimbingan karir anda bingung
dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi?
Dari
grafik diatas, dapat dilihat bahwa siswa SMART Ekselensia Indonesia masih bingung dalam menentukan dalam
menentukan jurusan di Perguruan Tinggi . Diketahui dari jumlah sampel sebanyak
37 orang, mengatakan bahwa mereka masih bingung dalam memilih jurusan di
perguruan tinggi sebelum diberi Bimbingan Karir. yaitu 33 orang bingung, 4 orang sudah mantap
dengan pilihannya, dan tidak ada sampel yang memiliki jawaban lainnya. Jadi
dari data tersebut dapat diketahui bahwa Siswa SMART Ekselensia Indonesia masih
bingung dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi sebelum diberi nimbingan
karir oleh guru BK
2. Apakah setelah diberi bimbingan, Anda bingung untuk menentukan Jurusan di Perguruan Tinggi?
Dari
grafik diatas, dapat dilihat bahwa kebanyakan Siswa SMART Ekselensia Indonesia
sudah dapat menentukan jurusan di Perguruan Tinggi setelah mendapatkan
Bimbingan Karir, itu artinya tidak menutup kemungkinan bahwa bimbingan karir
membantu siswa dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi. Diketahui dari 37
jumlah sampel, 1 orang mengatakan masih bingung dalam menentukan jurusan, 35
orang dapat menentukan jurusan, dan 1 siswa yang menjawab jawaban lainya. Jadi
dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan siswa yang telah
diberi bimbingan karir dapat menentukan jurusan di perguruan tinggi.
3. Jika tidak diberi Bimbingan karir, apakah Anda akan kebingungan
dalam menentukan jurusan di Perguruan tinggi?
Dari
grafik diatas, bisa dilihat bahwa kebanyakan siswa SMART Ekselensia akan
bingung dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi jika tidak diberi
bimbingan karir. Dilihat dari grafik tersebut, diketahui bahwa dari 37 jumlah
sampel terdapat 30 orang yang bingung jika tidak diberi bimbingan karir,
terdapat 4 orang yang tidak bimgung jika tidak diberi bimbingan karir, dan
terdapat 3 orang yang mengatakan dengan jawaban lainnya. Jadi dari data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan besar bahwa siswa SMART
Ekselensia akan bingung dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi jika tidak
diberi Bimbingan Karir.
4. Menurut Anda, apakah siswa
SMART butuh bimbingan karir dalam menentukan Jurusan di Perguruan Tinggi?
Dari
grafik diatas, bisa dilihat bahwa banyak siswa yang berpendapat setuju jika
Siswa SMART tidak diberikan bimbingan karir akan bingung dalam menentukan
jurusan di Perguruan Tinggi. Diketahui bahwa dari grafik diatas terdapat 35
orang yang berpendapat Siswa SMART akan bingung, terdapat 1 orang yang
berpendapat tidak, dan terdapat 1 orang yang berpendapat dengan jawaban lainya.
5. Apakah Anda merasakan manfaat bimbingan karir?
Dari
grafik diatas, bisa dilihat bahwa sangat dominan siswa mengatakan Bimbingan
Karir memberi manfaat bagi siswa sendiri. Diketahui bahwa dari 37 jumlah
sampel, sebanyak 35 orang merasakan bahwa kebermanfaatan bimbingan karir bagi
diri mereka, 1 orang tidak merasakan kebermanfaatan, dan terdapat 1 orang yang
menjawab dengan jawaban lainya.
6. Apakah informasi seluk beluk tentang Perguruan Tinggi
membantu Anda dalam menentukan Jurusan di Perguruan Tinggi?
Dari
grafik diatas, dapat dilihat bahwa Informasi seluk-beluk tentang Perguruan
Tinggi sangat membantu siswa dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi.
Diketahui bahwa dari 37 jumlah sampel, sebanyak 36 orang mengatakan membantu,
terdapat 1 orang yang mengatakan tidak membantu, dan tidak ada siswa yang
menjawab dengan jawaban lainya.
7. Apakah dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi
sesuai dengan minat, bakat, kepribadian, kemampuan, dan nilai?
Dari
grafik diatas, bisa dilihat bahwa dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi
sesuai dengan minat, bakat, kepribadian, kemampuan, dan nilai. Dilihat dari
data diatas, terdapat 31 orang yang mengatakan harus sesuai, 2 orang mengatakan
tidak harus sesuai, dan 4 orang sisanya menjawab dengan jawaban lainya.
Berarti, dari data diatas bisa diketahui bahwa dalam menentukan perguruan
tinggi yang baik adalah sesuai dengan minat, bakat, kepribadian, dan nilai yang
dimiliki.
8. Jika belum memilih jurusan, menurut Anda apakah harus
memahami jurusan yang dipilih dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi?
Dari
grafik diatas, dapat dilihat bahwa untuk memilih jurusan di Perguruan Tinggi
harus memahami jurusan yang harus dipilih.
Diketahui dari data diatas, terdapat 36 orang yang setuju perlunya
memahami jurusan yang akan dipilih, 1 orang tidak setuju untuk memahami jurusan
yang akan dipilih, dan tidak terdapat orang yang mengatakan dengan jawaban
lainya.
9. Apakah
bimbingan karir membantu Anda untuk memperoleh kompetensi yang diperlukan dalam
memilih jurusan di Perguruan tinggi?
Dari
grafik diatas, dapat dilihat bahwa bimbingan karir membantu siswa memperoleh
kompetensi yang diperlukan dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi. Diketahui
dari data diatas, terdapat 36 orang yang mengatakan bimbingan karir membantu
memperoleh kompetensi yang diperlukan untuk memilih jurusan di Perguruan
Tinggi, tidak ada orang mengatakan bimbingan karir tidak membantu memperoleh
kompetensi yang diperlukan, dan terdapat 1 orang yang menjawab bimbingan karir
membantu memperoleh kompetensi yang diperlukan dalam menentukan jurusan di
perguruan tinggi yang akan dipilih dengan jawaban lainya
B. Pembahasan
Dari pemaparan hasil penelitian di
atas dapat kita ketahui bahwa bimbingan karir:
1. Membantu terhadap
pemilihan jurusan di perguruan tinggi siswa SMART Ekselensia Indonesia angkatan
7. Hal itu dapat kita lihat dari tabel berikut:
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Hasil
|
||
YA
|
TIDAK
|
JAWABAN LAINYA
|
||
1
|
31
|
4
|
0
|
0,84
|
2
|
1
|
35
|
1
|
0,95
|
3
|
30
|
4
|
3
|
0,81
|
4
|
35
|
1
|
1
|
0,95
|
5
|
35
|
1
|
1
|
0,95
|
6
|
36
|
1
|
0
|
0,97
|
7
|
31
|
2
|
4
|
0,84
|
8
|
36
|
1
|
0
|
0,97
|
9
|
36
|
0
|
1
|
0,97
|
Tabel 1
Dari data kuesioner yang
kemudian dimasukkan kedalam tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa bimbingan
karir membatu siswa SMART Ekselensia Indonesia angkatan 7 dalam pemilihan
jurusan di Perguruan Tinggi karena hasil
keseluruhan > 75% atau > 0,75 sesuai dengan indikator yang tertulis diawal.
Yaitu dengan hasil 0.95 atau 95%.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari
hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka disimpulkan bahwa :
a)
Program Bimbingan yang diberikan guru BK efektif dalam membantu
siswa SMART Ekselensia Indonesia angkatan 7 menentukan jurusan di perguruan
tinggi.
B. Saran
Penelitian ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga perlu adanya perbaikan-perbaikan lagi. Maka
dari itu, penulis memberikan beberapa saran yaitu:
Perlu adanya
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh program Bimbingan Karir terhadap
pemilihan jurusan di perguruan tinggi Siswa SMART Ekselensia Indonesia,
dikarenakan masih banyak kekurangan dari karya ilmiah ini, terutama dari jumlah
sampel.
Dalam penelitian
ini, perlu adanya kuisioner lebih lanjut agar data yang didapat semakin valid.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
Internet
l
edhayulaiana.blogspot.co.id/2012/10/peranan-guru-bk-dalam-pemilihan-jurusan.html
Sumber
Buku
Maryati, Kun dan Juju Suryati, sosiologi
untuk SMA dan MA kelas XII, (Jakarta:Penerbit Erlangga, Esis,2006), Cet.1,
hlm. 78
LAMPIRAN
Saya Sutrisno kelas XI IPS
ingin meneliti
Pengaruh Pelayanan Bimbingan Karir dalam keputusan
Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi
Mohon partisipasi kakak untuk mengisi angket ini
Apakah sebelum bimbingan karir Anda bingung dalam memilih
jurusan di Perguruan Tinggi?
Ya
Tidak
Jawaban lainya........
Apakah setelah diberi bimbingan karir, Anda bingung untuk
menentukan jurusan di Perguruan Tinggi?
Ya
Tidak
Jawaban lainya........
Jika tidak diberi Bimbingan karir , apakah Anda akan
kebingungan dalam menentukan jurusan di Perguruan tinggi?
Ya
Tidak
Jawaban laniya........
Menurut Anda, Apakah siswa SMART butuh Bimbingan Karir
dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi?
Ya
Tidak
Jawaban lainya........
Apakah anda merasakan manfaat Bimbingan Karir?
Ya
Tidak
Jawaban lainya........
Apakah informasi yang diberikan tentang seluk beluk
Perguruan Tinggi membantu Anda dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi?
Ya
Tidak
Jawaban lainya…….
Apakah dalam menentukan jurusan di Perguruan Tinggi sesuai
dengan minat, bakat, kepribadian, kemampuan, dan nilai Anda?
Ya
Tidak
Jawaban lainya…….
Jika belum memilih Jurusan, menurut Anda apakah harus
memahami jurusan yang dipilih dalam
memilih jurusan di Perguruan Tinggi?
YA
Tidak
Jawaban lainya……
Apakah Bimbingan Karir membantu Anda untuk memperoleh
kompetensi yang diperlukan dalam memilih jurusan di Perguruan Tinggi?
Ya
Tidak
Jawaban lainya……
Teima kasih atas partisipasi dan
kesempatan Anda mengisi Angket ini JJJ
BIOGRAFI PENULIS
Nama Lengkap : Sutrisno
Nama Panggilan : Bono
Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 2 Jaunari 1998
Agama : Islam
E-mail : snoe401@gmail.com
Facebook : Sutrisno
Twitter : @snoe401
Alamat Rumah : Jln. Soekarno Hatta, KM 28, Kel. Karya Merdeka, Kec. Samboja. Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Alamat Rumah : Jln. Soekarno Hatta, KM 28, Kel. Karya Merdeka, Kec. Samboja. Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Alamat Sekolah : Jln. Raya Parung-Bogor,
KM 42, Ds Jampang, Kec. Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Prestasi :
- Medali Emas Silat Perisai Diri Tingkat Jawa Tengah dan Yogyakarta 2013
- Medali Emas Pakuan Cup tingkat kabupateen Bogor 2014
- Juara II Futsal SMP Asy Syukro Expo 2013
Se- JABODETABEK
[1] http://riezkaratna73.blogspot.com/2013/04/definisi-karier-dan-bimbingan-dan.html, diakses tanggal 1 Mei pukul 07.49 WIB
[2] http://petamasadepanku.net/pengambilan-keputusan-untuk-profesi-pada-siswa/, diakses tanggal 1 Mei 2015 pukul 08.00 WIB.
[3] http://petamasadepanku.net/pengambilan-keputusan-untuk-profesi-pada-siswa/, diakses tanggal 30 April 2015 jam 9.00 WIB
[5] Ibid
[6] http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=148
diakses pukul 21.21 tanggal 10 Desember 2015
[7] edhayulaiana.blogspot.co.id/2012/10/peranan-guru-bk-dalam-pemilihan-jurusan.html diakses pada 5 November 2015
pukul 09.26
[8] http://redhayulaiana.blogspot.co.id/2012/10/peranan-guru-bk-dalam-pemilihan-jurusan.html diakses pada 5
November 2015 pukul 09.30
[9] http://www.konsultasipsikologi.icbc-indonesia.org/cara-memilih-jurusan-kuliah-yang-tepat-ala-psikolog/ diakses pada 5
November 2015 pukul 09.35
[10] Kun Maryati dan Juju Suryati, sosiologi
untuk SMA dan MA kelas XII, (Jakarta:Penerbit Erlangga, Esis,2006), Cet.1, hlm.
78
[11] Kun Maryati dan Juju Suryati, sosiologi
untuk SMA dan MA kelas XII, (Jakarta:Penerbit Erlangga, Esis,2006), Cet.1, hlm.
79
1 Kun maryati,Juju suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA kelas
XII, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 118.
0 komentar:
Posting Komentar